BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Kata “remaja” berasal dari bahasa
latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko,
1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja,
seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode
pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001)
tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara
eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence).
Menurut Papalia dan
Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa
kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13
tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
Menurut Adams &
Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20
tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal
(13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18
tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa
remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati
masa dewasa.
Papalia & Olds
(2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa.
Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja
terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan
dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan
dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan
proses pembentukan orientasi masa depan.
Transisi perkembangan
pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami
namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian
dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya
tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara
lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan
kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak
(Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001).
Yang dimaksud dengan
perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia
& Olds, 2001). Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya
pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara
berpikir secara konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan
dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek
perkembangan yang dikemukakan Papalia dan Olds (2001), yaitu: (1) perkembangan
fisik, (2) perkembangan kognitif, dan (3) perkembangan kepribadian dan sosial.
Sedangkan perkembangan
menurut para ahli mempunyai berbagai macam pendapat, namun semuanya mengakui
bahwa perkembangan itu adalah suatu perubahan kearah yang lebih maju dan lebih
dewasa. Perubahan tersebut dapat menyangkut perubahan fisik individu, seperti :
bertambahnya tinggi badan, berat badan, dan panjang rambut, sedangkan perubahan
psikis seperti : bertambah pintar, lebih dewasa dan lebih mandiri yang bersifat
kualitatif. Selain itu Secara singkat,
perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang
lebih-lanjut. Pertumbuhan sendiri (growth) berarti tahapan peningkatan sesuatu
dalam hal jumlah, ukuran, dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti
sebuah tahapan perkembangan (a stage of development) (McLeod, 1989).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), "perkembangan" adalah perihal berkembang. Selanjutnya, kata "berkembang" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ini berarti mekar terbuka atau membentang; menjadi besar, luas, dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya. Dengan demikian, kata "berkembang" tidak saja meliputi aspek yang berarti abstrak seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi juga meliputi aspek yang bersifat konkret.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), "perkembangan" adalah perihal berkembang. Selanjutnya, kata "berkembang" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ini berarti mekar terbuka atau membentang; menjadi besar, luas, dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan sebagainya. Dengan demikian, kata "berkembang" tidak saja meliputi aspek yang berarti abstrak seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi juga meliputi aspek yang bersifat konkret.
2.1 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami membahas beberapa masalah yaitu :
1. Bagaimanakah perkembangan fisik pada
remaja ?
2. Bagaimanakah perkembangan kognitif
pada remaja ?
3. Bagaimanakah perkembangan kepribadian
dan sosial pada remaja ?
4. Bagaimanakah ciri-ciri pada masa
remaja ?
5. Apa sajakah tugas-tugas perkembangan
pada masa remaja ?
2.2 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengethaui bagaimana
perkembangan fisik pada remaja
2. Untuk mengetahui bagaimana
perkembangan kognitif pada remaja
3. Untuk mengetahui bagaimana
perkembangan kepribadian dan sosial pada rremaja
4. Untuk mengetahui bagaimanakah
ciri-ciri pada masa remaja
5. Untuk mengetahui apa saja tugas-tugas
perkembangan pada masa remaja, dan
6. Sebagai acuan untuk penulisan makalah
selanjutnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Aspek-aspek Perkembangan Masa Remaja
Pada bagian ini kami
akan membahas beberapa indikator dalam aspek-aspek perkembangan masa remaja,
diantaranya adalah sebagai berikut:
2. 1.1 Perkembangan Fisik
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik
adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan
motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan
pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan
organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh
kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang
cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin
sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001).
Perubahan
yang paling dirasakan oleh remaja pertama kali adalah perubahan fisik. Terjadi pubertas yaitu proses
perubahan yang bertahap dalam internal dan eksternal tubuh anak-anak menjadi
dewasa. Perubahan hormon termasuk hormone seksual membuat remaja menjadi tidak
nyaman dengan dirinya dan juga sekaligus jadi sering terlalu fokus pada kondisi
fisiknya. Misalnya : remaja jadi sering berkaca hanya untuk melihat jerawat
atau poninya, jadi terlalu resah dengan bentuk tubuhnya, dan sebagainya.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku,seksual.
Perkembangan atau pertumbuhan anggota-anggota badan remaja, sebagaimana dikemukakan oleh Monks dkk. (1994), kadang-kadang lebih cepat daripada perkembangan badan. Oleh karena itu, untuk sementara waktu, seorang remaja mempunyai proporsi tubuh yang tidak seimbang. Hal ini akan menimbulkan kegusaran batin yang mendalam karena pada masa remaja ini, perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya. Jadi remaja sendiri merupakan salah satu penilai yang penting terhadap badannya sendiri sebagai stimulus sosial. Bila sang remaja mengerti badannya telah memenuhi persyaratan, sebagaimana yang diharapkan oleh lingkungan sosialnya, maka hal ini akan berakibat positif terhadap penilaian diri.
Secara umum perubahan-perubahan fisik remaja sebagai berikut :
Perempuan
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku,seksual.
Perkembangan atau pertumbuhan anggota-anggota badan remaja, sebagaimana dikemukakan oleh Monks dkk. (1994), kadang-kadang lebih cepat daripada perkembangan badan. Oleh karena itu, untuk sementara waktu, seorang remaja mempunyai proporsi tubuh yang tidak seimbang. Hal ini akan menimbulkan kegusaran batin yang mendalam karena pada masa remaja ini, perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya. Jadi remaja sendiri merupakan salah satu penilai yang penting terhadap badannya sendiri sebagai stimulus sosial. Bila sang remaja mengerti badannya telah memenuhi persyaratan, sebagaimana yang diharapkan oleh lingkungan sosialnya, maka hal ini akan berakibat positif terhadap penilaian diri.
Secara umum perubahan-perubahan fisik remaja sebagai berikut :
Perempuan
·
Pertumbuhan payudara (3 - 8 tahun)
·
Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (8 -14
tahun)
·
Pertumbuhan badan (9,5 - 14,5 tahun)
·
Menarche/menstruasi (10 – 16 tahun, kadang
7 thn)
·
Pertumbuhan bulu ketiak (2 tahun setelah
rambut pubis)
·
Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat
(sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)
Laki-laki
Laki-laki
·
Pertumbuhan testis (10 – 13,5 tahun)
·
Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (10 – 15
tahun)
·
Pembesaran badan (10,5 – 16 tahun)
·
Pembesaran penis (11 – 14,5 tahun)
·
Perubahan suara karena pertumbuhan pita
suara (Sama dengan pembesaran penis)
·
Tumbuhnya rambut di wajah dan ketiak (2 tahun
setelah rambut pubis)
·
Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat
(Sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)
Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Ani akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya.
2.1.2 Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (dalam Santrock,
2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi
secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun
dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung
diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu
membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide
lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak
saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu
mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Perkembangan kognitif adalah
perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan
bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa
remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang
telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi
memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan
kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001).
Tahap formal operations adalah suatu
tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja
tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar
terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan
fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau
penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai
tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu
hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu
memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan
(Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat
ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang
remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya
kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya.
Pada tahap ini, remaja juga sudah
mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai
membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang
terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk
berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai
peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu
tujuan di masa depan (Santrock, 2001).
Salah satu bagian perkembangan
kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah
kecenderungan cara berpikir egosentrisme (Piaget dalam Papalia & Olds,
2001). Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah “ketidakmampuan melihat
suatu hal dari sudut pandang orang lain” (Papalia dan Olds, 2001). Elkind
(dalam Beyth-Marom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan
salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah
personal fabel.
Personal fabel adalah "suatu
cerita yang kita katakan pada diri kita sendiri mengenai diri kita sendiri,
tetapi [cerita] itu tidaklah benar" . Kata fabel berarti cerita rekaan
yang tidak berdasarkan fakta, biasanya dengan tokoh-tokoh hewan. Personal fabel
biasanya berisi keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki
karakteristik khusus yang hebat, yang diyakini benar adanya tanpa menyadari
sudut pandang orang lain dan fakta sebenarnya. Papalia dan Olds (2001) dengan
mengutip Elkind menjelaskan “personal fable” sebagai berikut :
“Personal fable adalah keyakinan
remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh hukum alam. Belief
egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri [self-destructive] oleh remaja
yang berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya. Misalnya
seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil [karena
perilaku seksual yang dilakukannya], atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia
tidak akan sampai meninggal dunia di jalan raya [saat mengendarai mobil], atau
remaja yang mencoba-coba obat terlarang [drugs] berpikir bahwa ia tidak akan
mengalami kecanduan. Remaja biasanya menganggap bahwa hal-hal itu hanya terjadi
pada orang lain, bukan pada dirinya”.
Pendapat Elkind bahwa remaja
memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka
tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang
populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja
(Beyth-Marom, dkk., 1993). Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang
memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan
perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.
Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian
membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun orang dewasa memiliki kemungkinan
yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang berisiko merusak
diri (self-destructive). Mereka juga mengemukakan adanya derajat yang sama
antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-invulnerability. Dengan
demikian, kecenderungan melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan
mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang
dewasa adalah sama.
2.1.3 Perkembangan kepribadian dan sosial
Yang dimaksud dengan perkembangan
kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan
emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam
berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan
kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang
dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang
unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds,
2001).
Perkembangan sosial pada masa remaja
lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991;
Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak
melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan
bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian,
pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.
Pada diri remaja, pengaruh
lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah
mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya
sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh
tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).
Kelompok teman sebaya diakui dapat
mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya
(Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia &
Olds, 2001). Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa
kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal
persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman
menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang
menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya (Conger, 1991).
2.1.4 Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja adalah suatu masa
perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik,
maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja
diantaranya adalah :
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada
masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress.
Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon
yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini
merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa
sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada
remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti
anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan
tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak
jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
2.
Perubahan yang cepat
secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini
membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri.
Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti
sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal
seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh
terhadap konsep diri remaja.
3.
Perubahan dalam hal yang
menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak
hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan
dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya
tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk
dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting.
Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi
berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga
dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4.
Perubahan nilai, dimana
apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting
karena sudah mendekati dewasa.
5.
Kebanyakan remaja bersikap
ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka
menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab
yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri
untuk memikul tanggung jawab tersebut.
2.1.5 Tugas Perkembangan Remaja
Tugas
perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa (1991) antara lain :
§
memperluas hubungan antara
pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik
laki-laki maupun perempuan
§
memperoleh peranan sosial
§
menerima kebutuhannya dan
menggunakannya dengan efektif
§
memperoleh kebebasan
emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
§
mencapai kepastian akan
kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
§
memilih dan mempersiapkan
lapangan pekerjaan
§
mempersiapkan diri dalam
pembentukan keluarga
§
membentuk sistem nilai,
moralitas dan falsafah hidup
Erikson (1968, dalam Papalia, Olds
& Feldman, 2001) mengatakan bahwa tugas utama remaja adalah menghadapi
identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5 dalam tahap
perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini bertujuan
untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi orang dewasa
yang unik dengan sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di
masyarakat (Papalia, Olds & Feldman, 2001).
Untuk menyelesaikan krisis ini
remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam
masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada akhirnya
menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menentukan
peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dari materi yang dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah
perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan
motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan
pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan
organ seksual dan fungsi reproduksi.
2. Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental
seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa.
3. Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah
perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara
unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan
orang lain.
4. Ciri-ciri masa remaja dapat ditandai dengan adanya
perubahan emosional, Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa
remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Perubahan yang
cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Perubahan dalam hal
yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain.Perubahan nilai,
dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang
penting karena sudah mendekati dewasa.Kebanyakan remaja bersikap ambivalen
dalam menghadapi perubahan yang terjadi.
5. Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja diantaranya
adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5
dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini
bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi orang
dewasa yang unik dengan sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di
masyarakat
3.2 Saran
Dengan
mengetahui masa perkmbangan pada remaja maka diharapkan bagi para pendidikin
terlebih pelayanan dalam bimbingan dan konseling atau konselor lebih mampu
meahami dan mengerti tentang bagaimana pola fikir dan perasaan dari remaja itu
sendiri.
Daftar
Pustaka
Mappiare Andi, Pengantar
Konseling Dan Psikoterapi. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.1992
www://aktual-asiddu.blogspot.com/2010/05/tipe-tipe
konseling.html
definisiremajauntukmasyarakatindonesia.
http//:ciri-ciri masa perkembangan remaja.wordpress.com . oeh Ardian
Raharja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar