BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Keterampilan
bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan
kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan bagian dari
keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas. Melalui
keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di
kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar
di kalangan siswa. Dengan demikian, guru dapat mengembangkan pengelolaan kelas
dalam CBSA dan sekaligus pengelolaan instruksional menjadi lebih efektif.
Selanjutnya dengan kemampuan mendengarkan guna dapat menarik simpati dan empati
di kalangan siswa sehingga kepercayaan siswa terhadap guru meningkat yang pada
akhirnya kualitas proses pembelajaran dapat lebih di tingkatkan.
Keterampilan
mendengarkan seharusnya mengiringi keterampilan bertanya dalam komunikasi yang
efektif. Karena sebaik apa pun komunikasi terhadap seseorang tanpa diiringi
dengan kemampuan mendengar maka komunikasi tidak efektif. Kemampuan
mendengarkan secara aktif diartikan sebagai proses pemahaman secara aktif untuk
mendapatkan informasi, dan sikap dari pembicara yang tujuannya untuk memahami
pembicaraan tersebut secara objektif.
1.2 Rumusan
Masalah
a) Bagaimana
Keterampilan Mendengar yang Baik
b) Bagaimana
Keterampilan Bertanya yang Baik
1.3 Tujuan
a) Agar
Mengetahui Bagaimana Keterampilan Mendengar yang Baik
b) Agar
Mengetahui Bagaimana Keterampilan Bertanya yang Baik
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Keterampilan Mendengar yang Baik
A. Keterampilan
Mendengar
Mendengarkan
bukan sekedar merupakan perkara fisik “mendengarkan”. Mendengarkan merupakan
proses intelektual dan emosional. Dengan proses itu orang mengumpulkan dan
mengintegrasi antara input, fisik, emosional dan intelektual dari orang lain
dan berusaha menangkap pesan serta maknanya. Tujuan mendengarkan menurut Soli
Abimanyu (1996 :89) adalah mengumpulkan informasi yang ada hubungannya dengan
masalah yang dihadapi dan tujuan yang dikemukakan oleh seseorang.
Mendengar
dengan baik tidak terjadi dengan gampang. Mendengarkan merupakan kerja keras.
Mendengarkan bukan hanya menyangkut konsentrasi, dan kepekaan tetapi juga
berbagai perubahan fisik dalam tubuh. Pada waktu mendengarkan dengan baik,
detak jantung kita bertambah, suhu badan semakin menaik, dan peredaran darah
menjadi lebih cepat.
Agar
dapat menjadi pendengar yang baik, kita harus berusaha menjadi objektif.
Meskipun objektivitas penuh itu jarang ada, mendengarkan menuntut usaha yang
secara sadar mencoba untuk mengerti orang yang berbicara dengan kita, tanpa
membiarkan pendapat pribadi mempengaruhi arti dan maksud kata-katanya. Kita
harus berusaha untuk mengerti apa yang hendak disampaikan kepada kita oleh
orang yang berbicara dengan kita dan bukan apa yang ingin kita mengerti. Hal
ini membantu kita untuk melihat dan merasakan apa yang dilihat dan dirasakan
oleh orang yang berbicara dengan kita. Dengan demikian kita, jasanya,dapat
menembus lambang-lambang komunikasi dan lebih dekat dengan kenyataan yang
bersangkutan dalam pembicaraan.
Sebagai
komunikan atau komunikator dengan pendengaran yang jelek, maka kita tidak akan
mampu menangkap pesan yang disampaikan masing-masing. Akibatnya kita tidak
menangkap makna yang tersirat dalam ungkapan tersebut. Karena tidak menangkap
makna pesan yang tepat, maka diantara keduanya saling mengajukan pertanyaan
kembali. Kondisi seperti ini tentu merupakan komunikasi yang tidak efektif.
Kurangnya kecakapan mendengarkan juga menciptakan rasa kurang percaya pada
orang yang diajak berbicara. Karena mereka tidak percaya kepada kita, pada
waktu berbicara dengan mereka, mereka juga tidak akan mendengarkan lawan
bicaranya. Sebaliknya jika kita memiliki kecakapan yang baik dengan orang-orang
yang kita ajak berbicara kita akan membangun hubungan yang komunikatif dengan
orang yang kita ajak bicara. Kita dengan mudah dapat menangkap makna pesan yang
disampaikan apakah itu harapan, komentar, gagasan dan sebagainya.
Cara
mendengarkan yang baik :
·
Memelihara perhatian
penuh dan terpusat pada perhatian
·
Mendengarkan segala
sesuatu yang dikatakan oleh klien
·
Mendengarkan
keseluruhan pribadi klien (kata-katanya, perasaan dan perilakunya). Memahami
seluruh pesannya.
·
Mengarahkan apa yang
anda katakan terhadap apa yang telah dikatakan oleh klien. Verma (1988)
menyarankan bahwa jika ingin menjadi pendengar yang baik maka jadilah “ACTIVE
LISTEN”. A singkatan dari attention yang berarti menaruh perhatian penuh
terhadap pesan yang disampaikan baik oleh komunikator maupun komunikan, C
singkatan dari Consern yang berarti tertarik atau focus pada pesan pokok yang
disampaikan, T singkatan dari timing yang berarti memilih waktu yang tepat
dalam merespon dan tidak menyela, I singkatan dari invlovement yang berarti merasa
ikut terlibat dalam suatu percakapan, V singkatan dari vocal tones yang artinya
memperhatikan irama suara dalam komunikasi dengan menyesuaikan diri dengan
lawan bicara, E singkatan dari eye sakan contact yang berarti, melakukan kontak
mata yang baik yaitu tidak menatap secara monoton tapi sesuai dengan kebutuhan.
Berikutnya L singkatan dari look yaitu melihat dan memperhatikan bahasa tubuh
(body languange) lawan bicara apakah antara respon verbal telah sesuai dengan
bahasa non verbal, I singkatan dari interest yang artinya menunjukkan minat
yang tinggi terhadap lawan bicara atau materi yang dibicarakan, S singkatan
dari summarize artinya dapat menangkap makna pokok pesan secara singkat, T
singkatan dari territory artinya batasilah atau focus pada hal-hal penting saja
tidak melebar kepada konteks lain, E singkatan dari empathy artinya menunjukkan
kebersamaan, merasakan apa yang dirasakan lawan bicara, N singkatan dari nod
artinya menandakan telah memahami atau setuju dengan apa yang dibicarakan.
Seorang
bijak mengatakan bahwa “ a good leistener is a silent flettere “ artinya,
menjadi pendengar yang baik adalah tersanjung. Mendengar (hearing) dan
mendengarkan (listening adalah dua makna yang berbeda). Mendengar adalah
kegiatan yang tidak konsentrasi untuk mendengar. Sedangkan mendengarkan adalah
ada unsur sengaja dan konsentrasi terhadap apa yang di dengarkan. Menjadi
pendengar yang baik adalah memusatkan perhatian terhadap apa yang didengarkan
dan ada usaha yang lebih untuk benar-benar mengetahui dan memahami apa yang
dimaksud oleh lawan bicara.
Cara
mendengarkan yang jelek :
·
Memungkinkan anda
sendiri diganggu oleh keributan lain, pandangan diluar pandangan klien
mengajukan pertimbangan-pertimbangan tentang pribadi klien sebelum mendengarkan
semua pesan klien.
·
Merumuskan suatu respon
terhadap pesan klien sebelum klien mengakhiri pesannya.
·
Melompat-lompat dari
topik yang satu ke topik yang lain.
Di
bawah ini kita akan membicarakan kecakapan-kecakapan yang dapat jxjxhxhsh
yang
kita pergunakn untuk mendengarkan orang yang kita ajak bicara. Dengan
melaksanakan gagasan dan saran yang termuat dalam uraian di bawah ini, kita
harap mampu menjalani hubungan yang baik dan menciptakan saling percaya antara
kita dan orang yang kita ajak berbicara. Hal ini tentu saja akan memperlancar komunikasi.
B.
Macam-macam
pendengar
Phillip L.Hunsaker dan Anthony
J.Alessandra (1996 : 19-21) mengklarifikasikan pendengar menjadi empat
tingkatan yaitu : 1) pendengar yang bukan mendengar, (2) pendengar dangkal, (3)
pendengar evaluatif, (4) pendengar aktif. Dalam kaitan dan uraian ini hanya
dijelaskan tiga jenis pendengar yaitu pendengar dangkal, pendengar evaluatif,
pendengar aktif.
a.Pendengar
dangkal
pendengar dangkal adalah
mendengarkan suara dan kata-kata, tetapi tidak sungguh-sungguh mendengarkan.
Isi atau pesan pembicaraaan terungkap, tetapi tidak tertangkap. “pendengar
dangkal” secara datar ada dipermukaan persoalan atau masalah, dan tidak
mengambil resiko untuk masuk kedalamnya. Dia menunda perkara di luar, dia
menghindari pembicaraan serius, dan jika mendengarkan dia cenderung hanya
mendengarkan hal-hal yang sepele dan bukan yang pokok. “pendengar dangkal” dapat jatuh pada perasaan terhibur
palsu bahwa dia dapat mendengarkan, tetapi dia tidak mengerti apa yang
dikatakan orang kepadanya. Tanggapanya terhadap hal yang penting yang disampaikan
kepadanya sering dipersoalkan karena meleset dari masalah pokoknya.
b. Pendengar Evaluatif
Pendengar evaluative artinya, mendengarkan dengan
konsentrasi dan perhatian lebih besar daripada tingkat mendengarnya di atas.
Pendengar evaluative dimana pendengar
secara aktif berusaha mendengar apa yang dikatakan orang, tetapi tidak berusaha
untuk mengerti sepenuhnya apa makna pembicaraan orang. Kita lebih cendrung menjadi
pendengar yang logis, lebih menaruh perhatian pada isi dari pada perasaan. “Pendengan Evaluatif”
cendrung tetap tak terlibat secara emosional dalam pembicaraan. Dia cukup
merumuskan kembali isi pembicaraan yang
baru didengar dari orang lain, tetapi sama sekali tidak tahu isi lain dari pembicraan
yang diungkapkan oleh pembicara lewat nada suara, ungkapan wajah, dan
gerak-gerik. Dia dapat menangkap arti kata, data atau fakta yang di
utarakan dan kesimpulan-kesimpulan yang
dapat ditarik dari pembicaraan, tetapi kepekaan untuk menangkap perasaan dan
pemahaman yang benar, lemah sekali. Pendengar Evaluatif merasa yakin bahwa
dirinya mengerti orang berbicara dengannya, tetapi orang yang berbicara
dengannya merasa tidak mengerti olehnya. Mendengarkan secara evaluative
mempercepat pembicaraan. Karena pendengar evaluative dengan cepat menyambung,
bahkan memotong, pembicaraan orang lain, entah larena setuju atau tidak.
Konsentarsi ‘pendengar evaluative” hanya
terpusat pada satu segi pembicaraan. Hal ini membentuk pendapatnya
atasdasar penangkapanya yang tidak lengkap atas isi pembicaraan orang lain.
Akibatnya orang yang berbicara dengan dia merasa kurang dimengerti, dipahamidan
diterima.
c. Pendengar aktif
Tingkat mendengarnya ini merupakan
tingkat mendengarkan yang paling tinggi dan paling baik. Jika kita sudah mapu
menahan diri untuk tidak menilai ucapa-ucapan orang yang berbicara dengan kita
dan menempakan diri pada tempatnya dengan berusaha untuk melihat perkara dari
segi pandangnya, kita sudah berhasil mencapai tingkat mendengarkanini. Kita
sudah menjadi pendengar aktif. Pada tingkat ini terjadi komunikasi yang sejati.
Kita tidak hanya penuh perhatian terhadap kata-kata yang diucapkan orang,
tetapi berusaha menjadi satu dengannya. Untuk ini kita perlu menahan pikiran
dan persaan kita sendiri dan memusatkan pikiran perhatian pada mendengarkan
orang yang berbicara dengan kita. Kita tidak hanya mendengarkan isi
ucapan-ucapan tetapi tidak lebih penting juga persaan yang menyertai. Kita
perlu menunjukkan kepada orang yang berbicara dengan kita, bain secara
verbaldan non verbal, bahwa kita betul-betul mendengarkannya. Pendengan aktif
tidak memotong pembicaraan orang. Dia amat penuh pengertian. Dia berusaha untuk
selalu mencari tanda-tanda satu gejala verbal atau non verbal yang merupakan
ungkapan untuk menyatakan hal yang ingin dikatakan. Dia mendengarkan tidak
hanya apa yang dikatakan "dan bagaimana hal itu dikatakan orang, tetapi
juga peka terhadap apa yang dikatajan. “Pendengar aktf” adalah orang yang cakap
mengajukan pertanyyan-pertanyaan. Dia mempergunakan pertanyaan-pertanyaan untuk
memperjelas, mengembangkan dan memperluas pembicaraan, dengan maksu secara enak
dand agar seluruh hal yang hendak dikatakan orang kepadanya terungkap secara
enak danleluasa.
Pendengar aktif memiliki tiga
keterampilan penting yamg tidak dimiliki oleh pendengar-pendengar pada tingkat
dibawahnya, dia dapat mengkap, memperhatikan dan menjawab.
·
Menangkap
Menangkap dalam arti dapat mengenal
dan menghargai bmaksud yang tak terucapkan yang disampaikan orang yang
berbicara dengannya lewat nada suara, raut wajah, dan gerak-gerik.
·
Memperhatikan
Memperhatikan dalam arti mampu
menyampaikan pesan-pesan kepada orang yang berbicara dengannya lewat kata-kata
suara, raut wajah dan gerak-gerik yang menunjukkan perhatian, sikap bersedia
menerima, dan pengakuannya terhadap orang yang berbicara dengannya beserta
maksud yang hendak disampaikan olehnya. Hal ini mencakup kontak mata, raut
wajah, gerak-gerik,anggukan kepala, dan sikap tenang.
·
Menjiwai
Cakap menjiwai dalam arti cakap
member tanggapan yang menunjukkan ketepatannya menangkap agar orang itu dengan
bebas dapat terus berbicara dengan enak dan mengeluarkan isi pikiran dan
hatinya, mendapatkan informasi yang di butuhka, serta membuat orang yang
berbicara denganya di pahami.
C.
Hambatan dalam Mendengarkan
·
Motivasi dan sikap
Motivasi dan sikap mungkin
merupakan hambatan yang paling besar untu mendengarkan dengan baik. Kita
cenderung untuk mendengarkan hal yang ingin kita dengar saja dan tidk
mendengarkan hal yang seharusnya kita dengar. Maka jika kita masuk dalam
situasi dimana kita harus mendengarkan dan kita tidak memiliki motivasi dan
sikap untuk mendengarkan dan kita akan mendengarkan, menangkap atu mengerti apa
yang dikatakan orang
·
Kurang Konsetrasi dan
Perhatian
Kekurangan konsentrasi dan
perhatian dapat terjadi karena orangnya memang tidak cakap memusatkan perhatian
untuk jangka waktu yang cukup lama, karena orang itu terbagi perhatianya.
Misalnya, antara membaca majalanyang dipegangnya dan mendengarjkna orang yang
berbicara denganya. Karena gangguan di luar seperti suara, orang-orang yang
berbicara ramai-ramai, dan telepon yang terus-menerus berdering. Semua ini
mengganggu kosentrasi dan perhatian dalam mendengarkan.
· Pengertian
Salah Tentang Arti Mendengarkan
Banyak orang mengira bahwa
mendengarkan merupakan kegiatan yang positif. Maka kita cendrung mau banyak
bicara dan tidak mau mendengarkan. Tetapi kalau ada dua orang berbicara dan
kedua-duanya hanya mau bicara dan tidak mau mendengarkan, mereka tidak hanya
tidak saling mendengarkan, tetapi juga merusak komunikasi dan hubungan antara
mereka. Karena dari tindakan tidak saling mendengarkan itu, mereka tidak saling
menerima. Sebaliknya jika mendengarkan itu merupakan kegiatan aktif dan terjadi
interaksi antara pendengaran dan orang yang berbicara, maka kemungkinan untuk
saling menerima dan mengerti diantara mereka menjadi lebih besar.
· Pengalaman
Dan Latar Belakang
Pengalaman dan pendidikan
mempengaruhi dalam mendengarkan. Misalnya, jika kita mendengarkan ceramah
dibidang ilmu yang tidak kita kuasai dan dalam ceramah itu dipergunakan banyak
istilah teknis, kita akan sulit mendengarkan dan menangkap isi ceramah dengan
lengkap. Sama halnya jika kita miskin dalam pembendaharaan kata dalam bahasa
yang digunakan dalam pembicaran, kita akan sulit berbicara dengan orang yang kaya
dengan berbagai istilah mutakhir.
· Tempat
Untuk Mendengarkan yang Jelek
Tempat dimana kita berkomunikasi dan
berbicara dengan orang lain mempengaruhi cara kita mendengarkan orang itu. Kita
tidak dapat mendengarkan orang lain dengan baik jika tempat berkomunikasi dan
berbicara itu ramai. Kita tidak dapat mendengarkan orang lain dengan baik jika
tempat berkomunikasi dan berbicara itu tidak nyaman dan mengganggu misalnya
tempat duduk tidak enak dan udara pengap, penuh bau tidak sedap. Kita tidak
dapat mendengarkan orang lain, yang berbicara dengan kita dengan baik, jika
tempat duduk kita jauh dari tempat duduk orang yang berbicara dengan kita. Kita
tak dapat mendengarkan dengan baik, jika tempat komunikasi dan tempat berbicara
terlalu banyak iasan yang begitu indah dan asing, sehingga kita lebih tertarik
pada iasan dari pada isi dan maksud yang hendak disampaikan orang kepada kita.
Maka jika kita hendak mendengarkan orang dengan baik, tempat untuk mengadakan
pembicaraan, apalagi untuk pembicaran yang serius perlu dipertimbangkan.
· Prasangka
prasangka tercipta dalam diri kita dapat
sekedar rasa, keyakinan,atau nilai-nilai yang kita pegang. Rasa dapat
menghambat dan membantu kita untuk mendengarkan orang lain. Kita cendrung sulit
mendengarkan orang yang tidak kita sukai dan mudah mendengarkan orang yang kita
sukai. Jika hal yang kita dengar sejalan dengan keyakinan kita, kita cendrung
untuk lebih mendengarkan dengan penuh perhatian dari pada hal yang tidak
sejalan dengan keyakinan kita. Jika nilai yang terkandung dalam pembicaraan
cocok dengan nilai yang kita pegang, kita cendrung lebih menyerapnya dari pada
pembicaraan tentang nilai tidak cocok. Oleh karena itu dalam proses
mendengarkan kita perlu kritis dengan diri sendiri dan berusaha menghilangkan
perasangka yang ada dalam diri kita. Sebab hanya dengan bebas dari prasangka
kita dapat mendengarkan orang lain secara penuh dan tanpa saingan.
· Cara
Orang Berbicara
Ada orang berbicara dengan cara
sistematik. Ada orang berbicara agak acak-acakan. Ada orang berbicara cepat.
Ada orang yang berbicara lambat. Cara orang berbicara itu mempengaruhi kita
waktu mendengarkanya. Kita mungkin lebih mudah mendengarkan orang yang berbicara
cepat. Tetapi orang lain mungkin lebih lebih mudah mendengarkan orang yang
berbicara lambat. Tambahan pula cara orang menangkap pembicaraan juga
berbeda-beda. Tipe auditif, misalnya lebih mudah menangkap pembicaraan lewat
telinga dari pada visual yang lebih mudah menangkap lewat mata. Kebiasaan pada
waktu mendengarkan dan bakat untuk menangkap pembicaraan orang lain, kita mampu
memanfaatkan kekuatan kita dan menangkap pembicaraan orang dengan lebih baik.
· Kurang
Kecakapan untuk Mendengarkan
kekurangan kecakapan untuk mendengarkan
merupakan hambatan untuk mendengarkan yang paling jelas. Salah satu cara untuk
mengatasi kekurangan itu adalah menyadari hambatan-hambatan yang sudah disebut
di atas. Dan jika sudah merasa melihat hambatan itu pada diri sendiri berusaha
untuk mengatasinya. Cara yang kedua adalah mengembangkan kecakapan itu. Dan
cara ketiga adalah membina motivasi menjadi pendengar yang baik.
2.2 Ketrampilan Bertanya yang Baik
A.
Keterampilan
Bertanya
Bertanya
adalah kegiatan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Disekolah, di
kantor, di rumah dan dimana saja selalu terjadi kegiatan Tanya jawab.
Pertanyaan yang diajukan oleh
seseorang biasanya untuk memperoleh informasi mengenai hal yang belum
diketahui. Dalam komunikasi antar pribadi, pertanyaan yang diajukan oleh
komunikator atau komunikan bertujuan untuk mengetahui apa yang belum diketahui
oleh masing-masing pihak. Secara lebih khusus tujuan bertanya antara lain:
a) Untuk
membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap suatu konsep atau pokok
bahasan.
b) Untuk
memusatkan suatu perhatian terhadap suatu topik yang dibahas dalam komunikasi.
c) Mendorong
pendengar untuk mengemukakan ide, atau informasi.
Kecakapan
juga member kemungkinan kepada komunikator untuk mampu menemukan masalah,
tujuan yang di inginkan, sasaran yang dituju dan lebih jauh memungkinkan untuk
menemukan diri sendiri.
Ada
tiga pokok yang dibicarakan dalam bahasan ini yaitu : pertama, mengapa orang
bertanya, kedua, pertanyaan yang bagaimana dapat digunakan dalam komunikasi,
dan ketiga, strategi dan teknik bertanya.
B.
Mengapa
Orang Bertanya
Fungsi
pertama dan utama suatu pertanyaan adalah untuk merangsang, mendorng,
menciptakan komunikasi. Dengan mengajukan pertanyaan, kita membuka saluran
komunikasi, mulai suatu interaksi verbal, dan menciptakan hubungan dalam bentuk
kata. Jika interaksi sudah di mulai dan jalan komunikasi sudah terbuka, fungsi
pertanyaan kita dapat berubah. Kita dapat terus mendorong jalanya komunikasi,
tetapi juga dapat mempergunakan pertanyaan itu untuk mencapai tujuan-tujuan
lain.
a. Bertanya
untuk Mendapatkan Informasi
Pertanyaan
dapat digunakan untuk mendapatkan informasi berkenaan dengan tofik yang
dibicarakan. Tofik tersebut bias menyangkut masalah sosial, pribadi, pekerjaan
dan karier, dan masalah-masalah lain. Informasi yang diperoleh dapat memberikan
gambaran mengenai latar belakang, sebab-sebab dan sumber-sumber masalah.
b. Bertanya
untuk Mendapatkan pengertian yang mendalam
Berkat
kecakapan kita untuk mengajukan pertanyaan, kita dapat mengerti sudut pandang
orang yang diajak berbicara. Karena mengerti sudut pandangnya, kita dapat
menyesuaikan isi, dan gaya kita dengan pandangan dia. Kita dapat membantu dia
untuk merumuskan gagasan dan isi, cara dan gaya kita dengan pandangan dia. Kita
dapat membantu dia untuk merumuskan gagasan dan isi hatinya berdasarkan motif,
harapan dan cita-citanya. Kita dapat mengerti kebutuhannya.
c. Bertanya
Memberi Informasi
Dengan
pertanyaan ini komunikator mendapatkan fakta dan data yang perlu diketahui.
Isinya adalah penyampaian informasi, tetapi bentuknya berupa pertanyaan.
Misalnya : apakah engkau sudah tahu bahwa hari jutmat malam, dari jam 7 sampai
jam 9 di tempat kerja kita ada kursus bahasa inggris gratis ?
Bentuk pernyataan ini
sangat khas dalam arti tidak perlu dijawab, dan jika diberi jawaban rasanya
malah lucu. Kecuali dibawah pertanyaan itu kita menyatakan suatu dimensi lain
yang secara halus kita sampaikan kepada lawan bicara kita. Bentuk pertanyaan
itu berguna untuk menekankan unsur tertentu dalam suatu situasi.
d. Bertanya
untuk mengharapkan partisipasi
Tidak
jarang komunikasi kurang komunikatif. Untuk itu kita perlu membantu komunikan
agar keluar dari permasalahan. Tujuannya adalah membuka dan mengungkapkan diri,
yang akhirnya melibatkan diri dalam komunikasi. Untuk ini kita perlu mencari
bentuk pertanyaan yang sesuai dan menemukan saat yang tepat untuk
mengajukannya. Dalam hal ini pertanyaan tertutup, seperti : sudah berapalama
engkau seperti ini ? jelas tidak membantu. Juga pertanyaan tersebut seperti :
Bagaimana perasaanmu sekarang ? rasanya juga tidak menemukan sasaranya. Untuk
itu perlu dicarikan pertanyaan lain. Pertanyaan seperti : Selama beberapa hari
akhir ini, engkau tampak tidak seperti biasanya. Apakah saya boleh mengetahui
sebab-sebabnya?. Pertanyaan yang penuh minat dan perhatiaan ini dapat menjadi
awal untuk meruntuhkan hambatan-hambatan yang membuat orang menarik dan menutup diri. Dengan merasa di
perhatikan, meski barang kali masalahnya tidak terselesaikan, orang merasa
dimengerti dan dipahami. Akibatnya dia rela unyuk keluar dari masalahnya
sendiri, dan mau terlibat dalam hidup dan tugasnya. Jadi pertanyaan untuk
mendapat partisipasi dan kerjasama, pada pokoknya bertujuan untuk membantu
orang agar lepas dari masalah.
e. Bertanya
untuk ngecek pengertian dan minat
Pertanyaan
dapat digunakan untuk mendapatkan umpan balik kritis yang perlu untuk
mengetahui benar-benar bahwa komunikasi dan arah betul-betul terjadi. Umpan
balik membantu kita untuk memastikan diri bahwa kita telah menangkap “pesan” yang hendak di sampaikan oleh
oran-orang yang di ajak bicara, baik perasaan maupun isinya. Sebaliknya umpan
balik ini juga dapat kita pergunakan untuk menilai perasaan dan pengertian
seseorang tentang topik yang dibicarakan. Kita perlu mempergunakan pertanyaan
untuk mendapatkan umpan balik itu secara teratur dan periodic, untuk mengetahui
dengan pasti bahwa kita mengerti magsud
orang-orang yang diajak bicara.
Pertanyaan semacam itu dimulai dengan kata-kata seperti,” baik saya akan
mencoba merumuskan secara ringkas masalah-masalah pokok yang telah anda
utarakan “ ,” Sejauh saya dapat menangkap, dalam pembicaraan tadi engkau mengatakan…”
Dan
diakhiri dengan kata-kata seperti
“
apakah rumusan saya sesuai dengan apa yang engkau katakana ?”
“apakah
penangkapan saya benar?”
Dengan
mengajukan pertanyan semacam itu, kita menyampaikan beberapahal penting kepada
orang yang diajak bicara, pertama,
kita menunjukan bahwa kita berusaha sungguh-sungguh untuk mendengarkan. Kedua, kita membuktikan dengan tindakan
konkrit bahwa hal-hal yang mereka kemukakan penting. Ketiga kita menegaskan hal-hal yang dikemukakan itu, sehingga salah
pengertian dan rasa tidak enak dapat dihindari.
F. Bertanya untuk mengajak berpikir
pertanyan yang kita ajukan untuk memperoleh
pendapat dan usulan, membantu orang yang diajak berbicara untuk berpikir, dan
menyumbangkan gagasan yang kita perlukan. Bila kita minta pendapat, kita
mengakui kemampuanya untuk menyumbangkan sesuatu yang berarti dan berharga.
Permintan pendapat ini bukanlah merupakan semacam usaha untuk menarik hati
orang yang diajak berbicara. Karna kita memang betul-betul menerima, menghargai
dan memanfaatkan sumbangan dan pengetahuanya. Dasarnya adalah keyakinan bahwa
orang yang kita ajak bicara mempunyai pengetahuan yang cukup tentang apa yang dikatakan.
Maka dengan menanyakan pendapat kita
bermaksd memanfaatkan pengalamanya untuk menyampaikan usulan yang berguna dalam
pengambilan keputusan.
G. Bertanya untuk mencapai
kesempatan
Dengan mengajukan kepada orang yang
diajak bicara apakah dia setuju dengan pemikiran, pendapat ,saran kita, kita
bisa mengerti bagaimana hubungan kita dengan dia. Sia-sialah untuk maju terus
dengan suatu perkara, jika orang yang diajak bicara tidak berakhir pada jalan
buntu, sebelum itu lebih baik menggali bidang-bidang yang disetujui dan tidak
disetujui bersama. Untuk itu kita dapat bertanya, “apa yang saya usulkan tadi,
tidak bertentangan dengan pengalamanmu?’’ . susunlah pertanyan yang diajukan,
kita memberikan waktu kepada lawan bicara untuk berpikir dan mengeluarkan
pendapat, apakah dia setuju atau tidak dengan kita. Sehubungan dengan ini, maka
usaha untuk mendapatkan kesepakatan lewat inti pertanyaan yang mendadak dan
tiba-tiba perlu dihindari.
H. Bertanya untuk menarik kembali
perhatian pada masalahnya
Jika kita tidak berhasil menahan
perhatian lawan bicara, karna terpusat pada masalah yang dibicarakan, itu
dengan mengajukan pertanyan kepada dia. Menyelewengkan perhatian kemasalah yang
lain itu bersipat sementara. Untuk ini kita dapat mengajukan sebarang pertanyan
kembali untuk menarik perhatianya. Tetapi jika kekurangan perhatian dan
kejenuhan itu berlangsung lama, kita perlu mencari waktu lain yang lebih baik,
dimana komunikan lebih siap kita ajak berbicara mengenai hal yang kita anggap
penting untuk dibahas bersama.
I.
Bertanya untuk menemukan kesenjangan antara keinginan dengan kenyataan
Banyak
orang yang mengatakan bahwa dia melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan atau
keadaanya. Tetapi tidak. Tujuan pertanyan adalah untuk membantunya menyadari
keadaan dan melihat hubungan antara keadaan itu dengan cita-cita yang
seharusnya dicapai. Pertanyan ini pada pokoknya menyangkut hal-hal yang tidak
memuaskan, kesulitan yang dijumpai, hambatan yang ada, pada waktu dan melakukan
sesuatu itu. Berkat jawabanya kita dapat membantu memahami keduanya dengan
menyampaikan imformasi dan penjelasan yang perlu. Bersama itu perlu komunikator
dapat menjelaskan hubungan antara keinginan dengan kenyataan. Dalam konseling
upaya ini disebut dengan personalisasi, artinya menggerakan komunikasi kepada
komunikan tentang masalahnya, tujuan yang ingin dicapai dengan keadaan yang
dirinya.
C.
Macam-Macam
Pertanyan
Untuk mengetahui/mendapatkan
imformasi dari komunikan, ada beberapa jenis pertanyan yaitu:
a. Pertanyan
terbuka
Pada
umumnya pertanyan terbuka dipergunakan untuk mendapatkan berbagai jawaban atas
satu pokok yang luas. Dengan pertanyan terbuka kita dapat menanyakan
pengetahuanya mengenai satu hal atau pendapatnya mengenai sesuatu. Pertanyan
terbuka biasanya,
·
Tidak dapat di jawab
dengan “ya” atau “tidak”
·
Dimulai dengan kataapa,
bagaimana, dan mengapa
·
Tidak mendorong orang
yang kita tanyai menuju kearah tertentu
·
Mengembangkan dialog
dengan menarik perasaan dan pendapat orang yang kita tanyai
·
Dapat dipergunakan
untuk member angin kepada orang yang kita tanyai untuk membeberkan tujuan,
kebutuhan, kekurangan, masalah, situasi yang ada.
·
Dapat dipergunakan
untuk membantu orang yang kita tanyai menemukan masalahnya sendiri
·
Dpat dipergunakan untuk
merangsang orang yang kita tanyai memikirkan gagasan, saran, pengarahan kita.
·
Membantu orang yang
kita tanyai menampakan gaya mereka secara lebih siap dan tepat.
Pertanyan-pertanyan
yang diajukan dapat membantu agar wawancara tetap dapat berlangsung.
Pertanyan-pertanyan yang diajukan membuka bidang-bidang diskusi yang baru,
membantu menunjukan isu dengan tepat, dan dapat digunakan membantu klien agar
meneliti atau mengeksplorasi aspek-aspek masalahnya.
Klien mengikuti wawan cara karena
merasakan suatu masalah tugas pertama pewawancara adalah “menjauhkan diri dari
klien” agar ditemukan bagaimana klien melihat situasinya. Alat yang bermanfaat
untuk menentukan kegiatan ini ialah keterampilan menciptakan struktur yang
terbatas dengan menggunakan pertanyaan terbuka.
Ajakan terbuka untuk berbicara
member kesempatan klien agar mengeksplorasi dirinya sendiri dengan dukungan
pewawancara. Kegiatan itu member peluang klien untuk mengeksplorasi dirinya
tanpa menyesuaikannya dengan setiap kategori yang telah ditentukan oleh
pewawancara.
Sebaliknya pertanyan tertutup,
biasanya lebih melacak isi pembicaran factual daripada perasan,
mendemonstrasikan kurangnya minat terhadap apa yang telah dikatakan oleh klien,
dan kadang-kadang menyerang klien tanpa menyadari posisinya. Karena pertanyan
tertutup biasanya dapat dijawab dengan beberapa kataatau dengan kata ”ya” atau
“tidak”, jarang memperkuat klien untuk mengeksplorasidirinya sendiri. Yang
lebih jelek lagi, penggunaan sejumlah pertanyaan tertutup lebih memudahkan
timbulnya semacam “introgasi” dari pada konseling.
Pada umumnya pertanyan terbukan
member peluang klien untuk mengemukakan ide, perasaan, dan arahnya dalam
wawancara. Responya terhadap pertanyan terbuka ialah untuk menunjukan
kesadaranya bahwa dia diminta untuk menceritakan sejarahnya atau lebih
menjabarkan apa yang telah dikatakan.
Pengamat minimal adalah indikator
kecil terhadap orang lain, bahwa anda (konselor) bersama klien. Sekali anda
telah mengajukan pertanyan (atau menggunakan keterampilan konseling yang lain),
anda menginginkan agar klien lebih terdorong berbicara terus. Kegiatan ini dapa
dilaksanakan secara non verbal atau dengan mengekspresikan ungkapan singkat
yang menunjukan bahwa anda mendengarkan bersama dengan orang yang sedang
dibantu.
b. Pertanyan
tertutup
Meminta
jawaban yang tegas mengenai suatu hal yang khusus. Jawaban itu “ya”.”tidak”
atau “singkat”. Pertanyan tertutup biasanya,
·
Memberi kemungkinan
untuk memperoleh fakta dan data yang diperlukan.
·
Menuntut pemikiran
sedikit dari orang yang ditanyai.
·
Berguna dalam proses
umpan balik
·
Dipergunakan untuk
mendapat kesanggupan atau keterlibatan dalam pendirian atau hal tertentu.
·
Dapat dipergunakan
untuk menekankan pertanyan-pertanyan yang positif.
·
Dapat dipergunakan
untuk mengarahkan pembicaraan menuju kebidang pembicaran tertentu.
Contoh-contoh
pertanyan tertutup, misalnya,
·
“berapa jam engkau
bekerja dalam seminggu?”
·
“apakah engkau
berpendapat bahwa hal itu dapat dikerjakan dengan lebih baik?”
·
“apakah hal itu yang
paling kamu perhatikan?”
·
“apakah itu merupakan
pemecahan terbaik?”
Pertanyan-pertanyan
yang baik
Pertanyan
yang baik digolongkan menjadi tiga jenis yaitu:
·
Pertanyaan yang
membantu memulai wawancara umpamanya apa yang akan anda bicarakan hari ini?
Bagaimana keadan anda sejak pertemuan terakhir kita?
·
Membantu lawan bicara
mengutarakan sesuatu, misalnya : dapatkah anda menceritakan lebih banyak lagi
tentang hal itu? Bagaimana perasan anda saat kejadian itu?
·
Membantu memunculkan
contoh-contoh prilaku khusus sehingga pewawancara dapat memahami dengan lebih
baik apa yang dijelaskan oleh komunikan atau lawan bicara. Umpamanya: apa yang
anda sedang rasakan pada saat anda menceritakan hal ini kepada saya? Bagaimana
perasan anda selanjutnya pada waktu itu?
Sebaliknya
pertanyan yang jelek apabila:
·
Pemakaian pertanyan
tertutup yang terlalu sering. Umpamanya: apakah kita akan membicarakan kembali
tentang hubungan anda dengan hari ibu ini? Apakah telah terjadi perbaikan
hubungan sejak pertemuan terakhir kita?
·
Pengajuan pertanyan
lebih dari satu pada waktu yang sama. Umpamanya: dapatkah anda menceritakan
lebih banyak lagi tentang hal itu? Apakah anda harus memasuki pekerjaan itu?
·
Pengajuan pertanyan
mengapa. Umpamanya: mengapa anda tidak bergaul dengan baik? Sebagai catatan,
pertanyaan, “mengapa “sering menyudutkan orang. Pertanyan itu sukar dijawab
karena kita tidak terlalu mengetahui “mengapa”. Pertanyan-pertanyan yang
dimulai dengan “apa”, “bagaimana” atau “dapatkah” memberi peluang yang lebih
banyak pada klien untuk mengemukakan hal-hal yang berkaitan dengan topiknya.
·
Memasukan jawaban dalam
pertanyan anda, umpamanya “anda sebenarnya belum mengerti hal itu pada saat
anda mengatakan tentang ayahnya, bukan?”
Sedangkan
macam pertanyan lain pada umumnya sudah masuk dalam kategori pertanyan terbuka
atau tertutup. Tergantung dari impormasi yang kita butuhkan dan situasi pada
waktu pertanyaan diajukan. Didalam kategori pertanyaan terbuka dan tertutup
itu, kita dapat menemukan macam-macam pertanyan berikut.
a. Pertanyan
untuk menemukan fakta
Pertanyan tentang fakta biasanya mengambil bentuk
pertanyan tertutup. Dengan bentuk pertanyaan itu kita dapat memperoleh
imformasi tentang keadan, tujuan, cita-cita dan hal-hal lain yang kita
perlukan. Biasanya pertanyan itu mudah untuk dijawab dan dapat diperguna untuk
mengajak orang masuk ke dalam pembicaraan secara mudah dan bertahap. Jika fakta
yang ingin kita ketahui tidak sensitif, mengancam atau menantang, pertanyan
tentang fakta dapat kita pergunakan untuk mulai membangun saling percaya dengan
orang yang kita tanyai. Dari situ pertanyan dapat kita angkat menjadi pertanyan
untuk mengetahui persaan.
Pada waktu mengajukan pertanyan untuk mendapat
fakta, kita harus menjaring informasi yang memang perlu untuk pembicraan saat
itu. Tambahan pula informasi yang kita terima itu kita dengar dan kita ingan
betul-betul. Kalau perlu mengecek hal yang kita terima dengan menanyakan kepada
orang yang kita tanyai apakah penangkapan dan catatan kita benar:
·
“golongkan berapa
gajimu karang?”
·
“engkau sudah memiliki
beberapa kredit?”
·
“berapa jam yang telah
kaw habiskan untuk mengerjakan pekerjaan ini?”
·
“kapan engkau
merencanakan mengambil cuti kuliah?”
b. Pertanyaan
untuk menemukan perasaan
Pertanyan untuk menemukan perasaan biasanya terbuka.
Pertanyan itu dipergunakan untuk mengenali perasan sikap,keyakinan, motivasi,
dan isi hati orang yang kita tanyai. Sifat pertanyan kadang-kadang dapat
bersifat peribadi dan menyentuh bidang-bidang yang sensitif kita mesti yakin
dulu, bahwa hubungan baik dan saling percaya dapat terbentuk.
Bentuk-bentuk pertanyaan untuk
menemukan perasaan , misalnya:
·
“Bagaiamana perasaanmu setelah diterima kerja?”
·
“Dapatkah anda
menjelaskan, bagaimana perasaanmu ketika bertemu dengan orang yang baru cinta?”
·
“ Bagaimana perasaanmu
jika kebijakan ini dengan laksanakan?”
·
“Dapatkah engkau
jelaskan mengapa engkau selalu tampak tidak suka, jika harus bekerja sama
dengan A?”
c. Pertanyaan
untuk memperjelas.
Menurut strukturnya, pernyataan ini mengatakan
kembali dengan kata-kata sendiri ucapan orang yang kita tanyai. Bentuk
pertanyaan ini bukan untuk menyatakan apa yang dimaksud oleh orang yang
mengucapkan kata-kata. Pertanyaan ini digunakan untuk mempertegas, umpan balik,
tentang apa yang kita ketahui dari ucapan yang sudah, dengan pernyataan untuk
memperjelas mencari kepastian tentang isi atau perasaan dari hal yang dikatakan
orang. Pernyataan jenis ini bertujuan untuk.
·
Mengucapkan dengan kata
lain tafsiran kita mengenai apa yang dimaksud oleh mereka
·
Mengajak mereka untuk
menguraikan lebih luas dan atau menjelaskan hal yang sudah diutarakan
sebelumnya.
·
Mencari kepastian
apakah kita dan (komonikator dan komunikasi) berbicara dalam bahasa yang sama.
·
Membantu mereka
memperjelas hal-hal yang kita rasa masih kabur dan ungkapan-ungkapan umum yang
terlalu luas.
·
Menemukan apa yang
sebetulnya ada dalam hati mereka.
Contoh,
·
“ jika saya
mendengarkan dengan baik, rupanya hal-hal yang kau perhatikan pada saat ini
ialah…. Benarkah itu?”
·
Dari semua hal yang
telah kau utarakan saya mendapat kesan bahwa engkau amat kecewa, Betul begitu?”
·
“ Jika saya tidak salah
tangkap, ada dua masalah yang hendak engekau sampaikan pada saya, Pertama……..,
Kedua………, betul demikian?
d. Pertanyaan untuk memperluas
Jenis pertanyaan ini diajukan untuk mendapatkan
jawaban luas mengenai suatu pokok yang sempit. Pertanyaan dapat membantu kita
untuk,
·
Menanyakan informasi tambahan dalam bentuk
yang lebih terinci
·
Mendorong orang yang
kita tanyai untuk menguraikan dan/atau mengembangkan pokok yang sudah
diuraikan.
Contohnya,
·
“Dapatkah engkau
memberi contoh sehubungan dengan apa yang engkau maksudkan tadi?”
·
“ Apakah engkau dapat
menguraikan lebih lanjut butir itu?”
·
“Dapatkah engkau
mengatakan lebih lanjut mengenai hal itu?”
·
“Apakah ada unsur-unsur
yang lain yang masih dapat ditambahkan pada uraianmu tadi?”
e. Pertanyaan
yang direktif
Bentuk pertanyaan yang direktif adalah
pertanyaan tertutup. Tujuannya untuk mengarahkan pembicaraan ke suatu bidang
yang hendak diperhatikan secara khusus. Pertanyaan semacam itu amat berguna
jika :
·
Kita ingin mengubah
pembicaran dari satu pokok ke pokok yang lain
·
Kita mau memberikan
arah khusus untuk jawaban yang hendak yang kita peroleh dari orang yang kita
tanyai.
·
Kita ingin membantu
orang yang kita tanyai, agar lebih mengerti kebutuhan, masalah dan
harapan-harapannya.
Contohnya :
·
“Apakah ada hal lain
yang hendak kau bicarakan dengan saya pada saat ini?”
·
“Apakah engkau masih
dapat mengerjakan hal yang sama untuk satu minggu lagi?”
·
“Apakah engkau mengirim
surat ini besok pagi?”
·
“Sejauh saya tahu masih
ada tiga masalah lagi yang kita perlu pecahkan.”
f. Pertanyaan Asumtif
Pertanyaan asumtif adalah pertanyaan
yang mengandung unsur pengandaian. Pertanyaan ini sifatnya tidak pasti. Untuk
dapat menggunakan pertanyaan ini dengan berhasil, kita harus tahu dengan pasti
keadaan pikiran, dan sikap orang yang kita ta tanyai sehubungan dengan hal yang
kita tanyakan. Kita akan ditertawakan orang, jika pertanyaan itu kita ajukan
dengan pengandaian yang salah.
Dengan kata lain pertanyaan asumtif ini
diketengahkan kepada lawan bicara kita, apabila kita telah mengetahui sedikit
arah pikiran dan perasaan seseorang terhadap apa yang akan kita tanyakan.
Contoh : dari percakapan sebelumnya diketahui bahwa orang yang kita ajak bicara
butuh uang. Pertanyaan asumtif adalah anda mengambil pekerjaan tambahan besok
sore?.
Pertanyaan-pertanyaan ini juga harus
tepat waktu. Jika tidak dapat dirasakan sebagai “jebakan”, untuk memaksa
orang-orang yang diajak berbicara agar mengambil keputusan dalam perkara yagn
mereka tidak sikap. Hal ini dapat membuat mereka kehilangan kepercayaan kepada
kita.
g. Pertanyaan Menguji
Pertanyaan ini berperanan untuk mengukur
keadaan hati, sikap atau pendirian orang-orang yang kita tanyai mengenai suatu
pokok atau masalah tertentu. Pertanyaan itu baik kita ajukan, bila kita perlu
menentukan tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan mereka mengenai segi atau unsur-unsur
masalah yang dibicarakan. Amat tepat jika kita mempergunakan pertanyaan yang
menguji itu, pada waktu kita mengadar usaha pemecahan masalah bersama dengan
orang yang kita ajak bicara.
Contoh
:
·
“Bagaimana pendapatmu?”
·
“Sejauh mana masalah
itu engkau pandang penting?”
·
“Apakah langkah semacam
itu baik?”
h. Pertanyaan Meminta
Pertanyaan ini diajukan untuk
mendapatkan kesempatan bersama atau melaksanakan rencana atau keputusan
bersama. Bentuk pertanyaan itu adalah pertanyaan terbuka di gabung dengan
pengarahan. Meski bentuknya pertanyaan terbuka, namun juga mengarahkan
seseorang untuk melibatkan diri pada sesuatu.
Contoh
:
·
“Bagaimana kita akan
melanjutkan pembicaraan kita?”
·
“Tindakan apa yang akan
kamu ambil untuk mengatasi masalah itu?”
·
“Langkah berikut mana
yang harus kita ambil untuk menyelesaikan masalah ini?”
D.
Strategi
dan Teknik Bertanya
Dengan kecakapan untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, kita mengawali dan menghidupkan pembicaraan yang
meningkatkan hubungan kita dengan orang-orang yang diajak bicara. Entah
bagaimana sifat orang tersebut, pendiam, suka bicara atau biasa-biasa saja,
jika kita cakap mengajukan pertanyaan kita akan mendapatkan data atau informasi
yang kita butuhkan, namun tetap menjaga hubungan baik dengannya. Cara suatu pertanyaan
diajukan sama pentingnya dengan isi pertanyaan yang diajukan. Untuk menjaga dan
meningkatkan mutu cara kita mengajukan pertanyaan, strategi umum untuk memilih
pertanyaan di bawah ini dapat membantu.
E.
Pilihan
Waktu Yang Tepat
Jika orang-orang yang diajak bicara
tidak siap untuk menerima pertanyaan, kita tidak akan mendapat jawaban yang
kita butuhkan. Pertanyaan harus diajukan pada saat yang tepat, tidak terlalu
cepat, tidak terlalu lambat. Untuk dapat mengajukan pertanyaan yang tepat
diperlukan kepekaan dan kejelian membaca orang-orang yang diajak bicara. Tepat
tidaknya waktu kita mengajukan pertanyaan itu membawa pengaruh kepada orang
yang diajak bicara. Pertanyaan yang diajukan terlalu cepat dapat memberi kesan
kurang sabar dan dapat menjadi seperti introgasi. Sebaliknya pertanyaan yang
diajukan terlalu lambat dapat menimbulkan kesan bahwa kita kurang siap terhadap
masalah yang menciptakan kebosanan pada orang-orang yang kita tanyai.
F.
Menyiapkan
Rencana Pertanyaan
Menyiapkan rencana pertanyaan tidak
berarti membuat daftar pertanyaan yang panjang dan tertulis lengkap sampai
sekecil-kecilnya. Cukup jika kita siap betul tentang gagasan pokok mengenai
informasi yang ingin kite peroleh. Persiapan ini merupakan awal pembicaraan,
titik tolak pengembangan pertanyaan-pertanyaan dan titik kembali jika
pertanyaan melantur dan menyeleweng dari tujuan. Dengan persiapan itu, kita
dibantu untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan sedikit demi sedikit membawa kita
kepertanyaan pokok yang ingin kita ajukan kepada lawan bicara kita. Hal ini
amat terasa perlu, manakala pertanyaan pokok itu menyentuh hal-hal yang amat
sensitive. Pedoman pertanyaan ini bisa disisipkan kalau permasalahan yang akan
dibahas diketahui sebelumnya tentang latar belakangnya.
G.
Mengenal
Orang Yang Kita Tanyai
Dalam komunikasi latar pribadi, mengenai
dan memahami seseorang yang akan diajak bicara adalah merupakan komponen pokok
yang paling penting. Berkomunikasi dengan orang-orang di pasar pada waktu
berbelanja, dengan pegawai bank di kantor bank, dengan berkomunikasi antar
pribadi dengan seseorang yang khusus dilakukan. Dengan memiliki informasi
mengenai latar belakang pribadi, keluarga, pendidikan, keyakinan, agama, sikap,
minat, pendapat, cara kerja, gaya hidup orang yang kita tanyai, kita dibantu
untuk menyusun dan mengajukan pertanyaan yang tepat kepada dia. Memang untuk
mengenal orang diperlukan usaha dan waktu yang relatif memadai.
H.
Minta
Izin Sebelum Mengajukan Pertanyaan
Meskipun izin itu tidak selalu dituntut,
tetapi baik jika kita selalu minta izin sebelum mengajukan pertanyaan.
Permintaan izin untuk mengajukan pertanyaan ini membuat orang-orang yang kita
tanyai merasa tenang. Karena permintaan izin menunjukkan sikap hormat kita
kepada orang-orang yang kita tanyai. Dengan demikian permintaan izin sebelum
mengajukan pertanyaan kepada orang-orang yang kita tanyai, dapat merupakan
langkah pertama untuk membangun sikap saling percaya dan memperlancar jalannya
pembicaraan. Hal ini dianggap penting pula, terutama kepada orang-orang yang
baru pertama kali kenal dengan kita. Contoh : “tidakkah anda keberatan jika
saya menanyakan tentang latar belakang keluarga ini?”
I.
Bergerak
Dari Pertanyaan-Pertanyaan Umum (Luas) Menuju Ke Pertanyaan-Pertanyaan Khusus
(Sempit)
Pertanyaan umum seperti, “Dapatkah engkah
menceritakan kepada saya sedikit tentang keprihatinanmu?”. Pertanyaan terbuka,
memberi kepada orang-orang yang kita tanyai kebebasan dan keleluasan untuk
menjawab. Dari jawaban itu keprihatinan pokok mereka akan dapat terungkap.
Kecuali itu dari jawaban itu kita juga akan mendapat informasi, misalnya
prihatin atas musibah yang menimpa dirinya, atau prihatin atas kegagalan
usahanya. Dari jawaban umum ini kita akan mendapat jawaban pokok/khusus sebagai
inti dari pembicaraan kita. Dalam banyak hal dengan pertanyaan umum itu kita
kerap sudah mendapat jawaban atas pertanyaan khusus yang ingin kita ajukan.
J.
Mengembangkan
Pertanyaan Berdasarkan Jawaban Sebelumnya
Kita perlu mendengar dulu sebelum
mengajukan pertanyaan. Dari pada sibuk memikirkan pertanyaan yang takan kita
ajukan, lebih baik memusatkan perhatian pada hal-hal yang dikatakan oleh orang
yang berbicara dengan kita, untuk menjawab pertanyaan yang kita ajukan
sebelumnya. Berpangkal dari jawaban itu kita merumuskan pertanyaan kita
selanjutnya dan pada saat mengajukan pertanyaan itu kepada orang yang berbicara
dengan kita. Cara ini akan membawa banyak keuntungan seperti :
· Kita
memusatkan perhatian pada apa yang dikatakan orang dan tidak memberi kesempatan
kepada pikiran kita untuk melantur ke hal-hal lain.
· Proses
bertanya berjalan teratur, logis dan berfokus
· Dengan
mengajukan pertanyaan berdasarkan jawaban sebelumnya, kita nyata-nyata
menunjukkan bahwa kita mendengarkan orang yang kita tanyai.
· Kita
dapat mencoba mengoreksi lebih jauh hal-hal yang menjadi minat orang-orang yang
kita tanyai.
Usaha inilah sesungguhnya merupakan
salah satu faktor penting untuk memperlancar komunikasi
K.
Memfokuskan
Pertanyaan
Pertanyaan sebaiknya membantu orang yang
berpikir secara logis mengenai hal yang kita tanyakan. Dari pada menanyakan
berbagai hal sekaligus, lebih baik mengambil satu pertanyaan sama kita ikuti
satu alur pemikiran yang dengan mudah dapat diikuti oleh orang yang kita
tanyai. Dengan langkah demikian kita, memperbesar kemungkinan untuk mendapatkan
pemecahan masalah atau hasil wawancara yang baik.
L.
Hanya
Mengandung Gagasan Pokok
Kita perlu merumuskan pertanyaan,
sehingga pertanyaan itu hanya mengandung satu gagasan pokok. Orang yang kita
tanyai harus mengerti apa yang kita
tanyakan. Jika tidak, kita juga tidak mendapat jawaban yang kita butuhkan.
Dengan pertanyaan yang dirumuskan secara baik, orang yang kita tanyai dapat
memusatkan perhatian pada gagasan pokok yang kita ajukan lewat pertanyaan.
Sedang pertanyaan yang mengandung banyak gagasan membuat seseorang menjadi
bangun dalam memikirkan jawaban. Misalnya: “Dapatkah engkau menceritakan
cita-citamu, usahamu untuk mencapai cita-cita, dan hambatan serta dukungan yang
engkau jumpai dalam usaha mencapai cita-cita itu?”. Dengan pertanyaan semacam
ini orang yang kita tanyai sudah lupa mengabaikan isi pertanyaan, sebelum kita
sendiri berhenti dengan pertanyaan kita.
M.
Menghindari
Pertanyaan Yang Kabur
Pertanyaan kabur adalah pertanyaan yang
rumusannya tidak jelas dan terbuka untuk berbagai penafsiran. Kita akan mendapat
jawaban yang kabur, jika kita mengajukan pertanyaan yang kabur. Kita akan
mendapat jawaban jelas, jika pertanyaan kita jelas. Rumusan pertanyaan yang
baik menghindari kekaburan dan meningkatkan saling pengertian. Contoh :
“Mengapa prestasi yang kamu capai tidak bagus seperti yang dicapai oleh
teman-temanmu yang lain di kelas. Pertanyaan ini tidak jelas jawabannya bagi
seorang siswa.
N.
Mempergunakan
Bahasa Biasa
Pada waktu kita mengajukan pertanyaan,
kita sebaliknya menghindari kata-kata teknis, istilah-istilah khusus, yang
tidak sepenuhnya di mengerti oleh orang yang kita tanyai. Kita juga perlu
menghindari kata-kata sulit. Karena dengan kata-kata teknis dan sulit itu, kita
mengajukan pertanyaan yang sukar atau tidak sepenuhnya dapat ditangkap. Akibatnya
yang kita peroleh juga tidak tepat seperti kita harapkan.
O.
Mengajukan
Pertanyaan Sesuai Dengan Masalah dan Kebutuhan
Dalam mengajukan pertanyaan, sebaiknya
kita mengajukan pertanyaan sesuai dengan masalah. Apakah pertanyaan untuk
mendapatkan data, memahami perasaan, memperjelas, mengembangkan, mengarahkan,
mengulang, menguji dan pertanyaan yang meminta. Tujuannya agar kita dapat
melibatkan orang yang kita tanyai dalam proses tanya jawab. Dengan demikian
pertanyaan yang diajukan makin berarti dan tepat, sedang jawaban yang diperoleh
makin lengkap dan sesuai kebutuhan.
P.
Tidak
Menggunakan Pertanyaan Yang Menyinggung
Pertanyaan ini menyinggung harga diri
orang yang kita tanyai. Contoh : Kalau tahu acaranya penting kamu mestinya
datang jam…. Jam berapa sekarang?. Pertanyaan ini kurang manusiawi, tetapi
untuk mengancam dan mencoreng muka lawan bicara. Pertanyaan ini dapat
menyakitkan hati dan merusak hubungan baik.
Q.
Memberi
Alasan Pada Waktu Mengajukan Pertanyaan Yang Sensitif
Dengan menerangkan mengapa pertanyaan
diajukan dan mengapa informasi mengenai hal sensitive perlu disampaikan?.
Dengan pertanyaan itu ada kemungkinan kita mendapat jawaban yang lengkap, jujur
dan tepat. Penjelasan mengenai alasan itu memberi dasar untuk, mengurangi
kecurigaan, dan menepis rasa cemas yang mungkin muncul sehubungan dengan
perkara yang ditanyakan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mendengarkan
merupakan proses intelektual dan emosional. Dengan proses itu orang
mengumpulkan dan mengintegrasi antara input, fisik, emosional dan intelektual
dari orang lain dan berusaha menangkap pesan serta maknanya. Mendengar dengan
baik tidak terjadi dengan gampang. Mendengarkan merupakan kerja keras.
Mendengarkan bukan hanya menyangkut konsentrasi, dan kepekaan tetapi juga
berbagai perubahan fisik dalam tubuh. Pada waktu mendengarkan dengan baik,
detak jantung kita bertambah, suhu badan semakin menaik, dan peredaran darah
menjadi lebih cepat.
Agar
dapat menjadi pendengar yang baik, kita harus berusaha menjadi objektif.
Meskipun objektivitas penuh itu jarang ada, mendengarkan menuntut usaha yang
secara sadar mencoba untuk mengerti orang yang berbicara dengan kita, tanpa
membiarkan pendapat pribadi mempengaruhi arti dan maksud kata-katanya. Kita
harus berusaha untuk mengerti apa yang hendak disampaikan kepada kita oleh
orang yang berbicara dengan kita dan bukan apa yang ingin kita mengerti. Bertanya
adalah kegiatan yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Disekolah, di
kantor, di rumah dan dimana saja selalu terjadi kegiatan Tanya jawab.
Keterampilan
bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan
kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan bagian dari
keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas. Melalui keterampilan
bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di kalangan siswa dan
sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di kalangan siswa.
Dengan demikian, guru dapat mengembangkan pengelolaan kelas dalam CBSA dan
sekaligus pengelolaan instruksional menjadi lebih efektif. Selanjutnya dengan
kemampuan mendengarkan guna dapat menarik simpati dan empati di kalangan siswa
sehingga kepercayaan siswa terhadap guru meningkat yang pada akhirnya kualitas
proses pembelajaran dapat lebih di tingkatkan.
3.2 Saran-Saran
Agar pembaca mengetahui
bagaimana keterampilan mendengar dan bertanya yang baik. Selain itu juga
pembaca dapat mengimplementasikan keterampilan mendengar dan bertanya dalam
kehidupan sehari-hari dengan baik.
Sumber nya mana ya mbak? Mau ku pake tugas kuliah hehe makasih - Mikhael UNY
BalasHapus